Langsung ke konten utama

Garuda Didaku

Mlam ini sehabis nonton babak penyisihan Group Piala AFF 2012 antar Malaysia vs Indonesia. Ini pertandingan hidup dan mati bagi kedua negara. Merupakan Partai merebutkan satu tempat di posisi semifinal. Banyak orang mengganti status facebook, twitter, Blackbery dengan mencaci, memuji, dan yang paling banyak menyerukan persatuan Sepak Bola.

Singkat cerita Timnas Indonesiaku tercinta kalah 2-0 dari Malaysia. Entah kenapa pertandingan melawan Malaysia selalu menjadi Final Tersendiri bagi kedua negara, sarat akan gengsi dan harga diri. Pertemuan terakhir di AFF adalah dua tahun lalu di Final 2010, Indonesia yg menjadi unggulan pertama  harus tunduk ditangan Malasya di partai Final. Keinginan untuk membalas kekalahan 2 tahun silam menjadi motivasi tinggi bagi Indonesia. Namun dewi fortuna masih berpihak kepada Malasya.

Sebentar flashback ke dua tahun lalu, sebentar kita bandingkan komposisi pemain sekarang dengan 2 tahun lalu. Hmmmmm.... Saya berpikir seandainya pemain timnas komposisiny tidak jauh berbeda dengan 2 tahun lalu, saya yakin ceritanya juga akan berbeda. Dimana Boas? dimana Tibo? dimana Greg Ngokolo yg sudah dinaturalisasi dan terbukti skillnya di liga Indonesia? Dimana Egi Melgiansyah? dimana ?
Mungkin KPSI ataupun PSSI bisa menjawabnya. Gw gak kenal 3 pemain naturalisasi yang datang menjadi Timnas Indonesia, salut buat kemauan anda berjuang atas nama Indonesia. Tapi gw menyadari Pelatih Nil Maizar sudah sempat memanggil banyak pemain, tapi banyak pula pemain yang kembali pulang karena berada di klub dengan naungan organisasi berbeda. 

Sekarang saya bertanya apakah Organisasi itu masih dibawah bendera Indonesia.?
kenapa tidak boleh bergabung, kenapa dihalangi?

Sekarang saya akan bertanya, apa pendapat anda tentang kekalahan ini?
Tertawa dengan bilang, timnas susunan anda lebih baik...
Atau pura2 bersedih dan bilang harusnya ikut kalian...

Gw yakin para pemain-pemain Indonesia Menonton pertrandingan Indonesia vs malaysia dan  gregetan saat melihat Indonesia bertanding melawan Malaysia, pasti ingin rasanya bermain dan melesakkan Goal ke gawang Malaysia, pasti anda juga kecewa, 
Mungkin juga sebagian dari anda akan bicara, " Andai kita disana mungkin bisa sedikit berbeda"
Jujur saja gw bakal jawab "Ya" pasti akan berbeda, karena memang kita lebih baik.

Bagaimana dengan engkau PSSI apakah kau hanya bisa diam dengan ini?
Dimana ketegasanmu, ini bukan sekedar Sepak Bola, ini adalah Integritas Bangsa.

Rakyat Indonesia bersatu atas nama Sepak Bola, bagaimana mungkin para pemainnya tidak bisa bersatu atas nama Sepak Bola.

Kalau memang Benderamu masih Merah Putih, dan bahasamu masih Bahasa Indonesia, hendaklah engkau bergabung dilapangan Hijau atas Nama Tanah Air, Tanah Air Indonesia.

Ingin rasanya menyambut Pemain Timnas sepulang dari Malaysia dan mengucapkan Terima kasih karena sudah bersedia mengemban Tugas Berat ini.
Saya berharap Indonesia bersatu dan biarlah Sepak Bola menjadi olahraga apa adanya, Bukan Olahraga yang diperebutkan, karena Sepak Bola bukan milik PSSI dan juga KPSI tapi milk seluruh Rakyat Indonesia.
Biarlah hanya Bola yang diperebutkan dilapangan Hijau bukan Olahraganya.


01 Desember 2012, Penyisihan Group AFF 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HOOTERS

Hooters, restoran yang satu ini terbilang sangat berani mendarat di Indonesia. Berangkat dari Negara asalnya USA Florida Hooters hadir di Asia tenggara, Hooters Thailand dan Hooters Singapura dan sekarang Hooters Jakarta. Berada di kawasan Kemang yang terkenal dengan kawasan gaul Jakarta bagi kalangan anak muda dengan market menengah keatas pada umumnya membuat keberadaan hooters tidak sekontroversi ketika playboy mendarat di Indonesia. Well hooters bukanlah playboy yang menampilkan photo2 seksi dan nude. Hooters adalah restoran dengan pelayan2 yang cantik dan seksi dengan celana pendek dan tanktop. Saya1 juga masih cukup jarang lihat meme2 yang membaas hooters, kenapa meme yang saya bahas, karena Indonesia ini sangat kreatif urusan yang satu ini.ha..ha..ha.. Satu lagi, biasanya kalau ada yang seperti ini, ada beberapa oraganisasi kemasyarakatan yang sangat anti dengan hal ini, tapi itupun saya kurang mendengarnya, I don’t know why? Okay, have you been there? Yes

Maher

Maher…! Siapa anak Erlangga yang tidak mengenal dia? Dengan tampang mirip Afgan dengan kacamata barunya membuat dia semakin terkenal di kalangan anak Erlangga. Pastinya semua pura-pura gak kenal, meskipun mereka sangat mengenal dengan baik sosok seorang Maher. Maher mengambil jurusan hukum dengan kosentrasi Hukum Internasional (sebenarnya kalau saya ditanya si kurang cocok, bagusnya dia belajar hukum Rimba) Maher dimasa kuliahnya adalah seorang aktivis dan sangat idealis, tak heran dia bergabung dengan oraganisasi FMN . Disamping seorang aktivis Maher juga aktif menulis, tak jarang pula karya tulisnya terbit di harian Koran setempat di Lampung. Hobinya menulis membuat insting ekonominya bergerak, menulis bukan lagi hobi melainkan to find some money . Maher mulai menjual setiap makalahnya sebagai tugas kuliah bagi teman-temannya, mengambil keuntungan dari orang-orang kaya yang hobi menghambur-hamburkan uang , sebuah simbiosis mutualisme. Maher hidup nomaden (pindah kost-kostan lebih d

MUDIK

Tradisi mudik sepertinya sudah menjadi budaya negaraku Indonesia, aku tidak tau apakah ada negara lain yang menjalankan budaya ini juga. Indonesia bukan satu-satunya negara yang menjalankan Idul Fitri, namun sepertinya hanya Indonesia yang punya ritual budaya ini, hal ini kusimpulkan karena semua media baik cetak maupun televisi tidak ada yang pernah membandingkan budaya ini dengan negara lain dalam rangka merayakan Idul Fitri. Berkumpul bersama keluarga dan saling memaafkan dikampung halaman memang sebuah kebahagian tersendiri, meskipun saya tidak menjalankannya. Aku tau nikmatnya karena aku melakukan hal yang sama di waktu yang berbeda, yaitu semasa Natal tiba. Bercanda bersama keluarga yang selama satu tahun penuh terpisah memang sangat mengharukan, bertukar cerita dan saling berbagi itu sangat indah rasanya. Ritual mudik kerap kali tidak seindah hasilnya, proses menuju kampung halaman adalah sebuah perjuangan, jalanan yang tak kunjung mulus, dari tahun ke tahun selalu dikebut perb