Kemana hari ini?, makan apa hari ini?, dengan siapa hari ini?, Ngapain hari ini..
Kenapa harus bertanya terus, bukankah umurmu sudah 35 tahun di dunia ini sejak engkau terlahir kedunia ini 15 Juni 1981 yang lalu. Mengapa engkau masih bingung melangkah, bukankah tiap pagi engkau selalu melangkah, kenapa ke kiri ketika inginmu ke kanan. Engkau kini jauh melangkah, kadang berlari melompat bebatuan, mengharungi sungai, engkau mencari jalan yang berliku dan berharap tidak ada persimpangan di depan sana, demi satu tujuan. Jati diri.
Kau sebrangi satu pulau kepulau yang lain, engkau tanya setiap pemuka di daerah tersebut, apakah ini aku lahir untuk, untuk hidp di sini. Dan dia pun menjawab, "Jangan datang padaku, aku senang engkau disini, tapi aku pun tidak bisa menjawab dimana engka seharusnya?" Datanglah kepada Tuhanmu, tanyalah kepadaNya, berceritalah kepadaNya, tanyakan apa rencanaNya?. Aku tidak bisa menebak ke inginanNya, tapi aku bisa mengantarkanmu kepadaNya. Antarkan aku! kata pemuda itu.
Dibawalah dia ke puncak tebing yang sangat tinggi. Tidak dapat disangkal melompat dari ujung tebing itu pasti kematian siap menyambut. Pemuda itu bertanya, Untuk apa kita kesini? Kau ingin bertemu Tuhanmu, dia di sana di bawah sana, kau tanya Dia dalam hatimu, Tuhan aku ingin bertemu denganMu, bolehkah aku menemuiMu dibawah sana?
Bagaimana aku bertemu denganNya jika aku melompat kebawah, aku pasti akan mati.
Jalan ketepi tebing itu, lihatlah kebawah dan renungkanlah perjalanan hidup mu, makan kau akan mengerti, pemuka adat itu berkata sambil prgi meninggalkan pemuda itu.
Pemuda itu berjalan dengan hati-hati dan sedikit gemetar ketika dia menendang batu kecil dan terjatuh ketepian Jurang. Lalu dia mengintip sedikit ke tepian jurang itu, betapa ngerinya dia ketika melihat kebawah, gelap tak terlihat ujung jurang tersebut.
Lututnya bergetar hingga ia tak sanggup berdiri dan bertekuk lutut, ia berteriak Tuhan apa salahku? kenapa kau hukum aku?
Seketika itu terlintas di kepalanya keluarganya, ibunya ketika memarahi dia, ayahnya ketika menampar pipinya, adiknya ketika mencuri duitnya dan abangnya ketika memukul dia.
Dia mulai menangis, sambil terisak dan berkata Tuhan aku tidak ingin mati, aku ingin bersama mereka, mereka adalah kenangan terindahku. Saat itu juga kenangan lama terlintas kembali, ketika ibu membelikan hadiah ulang tahun padanya, sementara tidak pernah kesaudaranya yang lain, ayahnya menyelimuti dia setiap malam, adikny membela dia didepan orang tuanya ketika dia tidak ada, dan abangnya menyisihkan setiap gajinya untuk uang bulanannya.
Aku sangat berdosa Tuhan, ijinkan aku untuk membayar itu semua.
Dia tertunduk, dia mendengar bisikan dalam hatinya, "Pulanglah anakKu, Rencanaku indah untukmu"
Seketika itu pula dia beranjak berdiri dan menjauhi tepian jurang itu, hingga ia kembali ke kampung adat itu, sang pemuka adat sedang santai dengan kopi dan rokok tembakau yang di linting sendiri dengan daun pisang berkata seraya berteriak, kau temukan Tuhanmu anak muda? hey anak muda, aku sudah lebih dulu hidup darimu, dan tak pernah aku ingin mati lebih dulu dari orang tuaku. Lanjutkan perjalanan hidupmu, misteri hidupmu dan selesaikan perjalananmu sesuai kehendak Tuhanmu.
Pemuda itu tetap berdiri sambil serius menatap dan mendengarkan pemuka adat itu berkata-kata.
Lalu dia menjawab, boleh aku bertanya? Siapakah Tuhanmu kalau begitu apakah Tuhan yang kusembah adalah Tuhanmu?
Pemuka adat itu tertawa sambil menghisap rokoknya lebih dalam lagi, "Anak muda, Tuhanku tidak ada urusan dengan mu, dan juga Tuhanmu, Tuhanku tidak menerima murid yang kebingungan dan putus asa. Bukankah Tuhanmu juga berkata demikian? Pulanglah, suatu saat nanti engkau akan kukenalkan dengan Tuhanku. Ketika kau sudah menjadi dirimu sendiri dan menyembah Tuhanmu dengan baik dan benar, maka mungkin kita bisa sambil mengenalkan Tuhan kita."
Mendengar itu pemuda itu pun semakin mantap dan melangkah pulang..
I am Home. House of God, Church.
Kenapa harus bertanya terus, bukankah umurmu sudah 35 tahun di dunia ini sejak engkau terlahir kedunia ini 15 Juni 1981 yang lalu. Mengapa engkau masih bingung melangkah, bukankah tiap pagi engkau selalu melangkah, kenapa ke kiri ketika inginmu ke kanan. Engkau kini jauh melangkah, kadang berlari melompat bebatuan, mengharungi sungai, engkau mencari jalan yang berliku dan berharap tidak ada persimpangan di depan sana, demi satu tujuan. Jati diri.
Kau sebrangi satu pulau kepulau yang lain, engkau tanya setiap pemuka di daerah tersebut, apakah ini aku lahir untuk, untuk hidp di sini. Dan dia pun menjawab, "Jangan datang padaku, aku senang engkau disini, tapi aku pun tidak bisa menjawab dimana engka seharusnya?" Datanglah kepada Tuhanmu, tanyalah kepadaNya, berceritalah kepadaNya, tanyakan apa rencanaNya?. Aku tidak bisa menebak ke inginanNya, tapi aku bisa mengantarkanmu kepadaNya. Antarkan aku! kata pemuda itu.
Dibawalah dia ke puncak tebing yang sangat tinggi. Tidak dapat disangkal melompat dari ujung tebing itu pasti kematian siap menyambut. Pemuda itu bertanya, Untuk apa kita kesini? Kau ingin bertemu Tuhanmu, dia di sana di bawah sana, kau tanya Dia dalam hatimu, Tuhan aku ingin bertemu denganMu, bolehkah aku menemuiMu dibawah sana?
Bagaimana aku bertemu denganNya jika aku melompat kebawah, aku pasti akan mati.
Jalan ketepi tebing itu, lihatlah kebawah dan renungkanlah perjalanan hidup mu, makan kau akan mengerti, pemuka adat itu berkata sambil prgi meninggalkan pemuda itu.
Pemuda itu berjalan dengan hati-hati dan sedikit gemetar ketika dia menendang batu kecil dan terjatuh ketepian Jurang. Lalu dia mengintip sedikit ke tepian jurang itu, betapa ngerinya dia ketika melihat kebawah, gelap tak terlihat ujung jurang tersebut.
Lututnya bergetar hingga ia tak sanggup berdiri dan bertekuk lutut, ia berteriak Tuhan apa salahku? kenapa kau hukum aku?
Seketika itu terlintas di kepalanya keluarganya, ibunya ketika memarahi dia, ayahnya ketika menampar pipinya, adiknya ketika mencuri duitnya dan abangnya ketika memukul dia.
Dia mulai menangis, sambil terisak dan berkata Tuhan aku tidak ingin mati, aku ingin bersama mereka, mereka adalah kenangan terindahku. Saat itu juga kenangan lama terlintas kembali, ketika ibu membelikan hadiah ulang tahun padanya, sementara tidak pernah kesaudaranya yang lain, ayahnya menyelimuti dia setiap malam, adikny membela dia didepan orang tuanya ketika dia tidak ada, dan abangnya menyisihkan setiap gajinya untuk uang bulanannya.
Aku sangat berdosa Tuhan, ijinkan aku untuk membayar itu semua.
Dia tertunduk, dia mendengar bisikan dalam hatinya, "Pulanglah anakKu, Rencanaku indah untukmu"
Seketika itu pula dia beranjak berdiri dan menjauhi tepian jurang itu, hingga ia kembali ke kampung adat itu, sang pemuka adat sedang santai dengan kopi dan rokok tembakau yang di linting sendiri dengan daun pisang berkata seraya berteriak, kau temukan Tuhanmu anak muda? hey anak muda, aku sudah lebih dulu hidup darimu, dan tak pernah aku ingin mati lebih dulu dari orang tuaku. Lanjutkan perjalanan hidupmu, misteri hidupmu dan selesaikan perjalananmu sesuai kehendak Tuhanmu.
Pemuda itu tetap berdiri sambil serius menatap dan mendengarkan pemuka adat itu berkata-kata.
Lalu dia menjawab, boleh aku bertanya? Siapakah Tuhanmu kalau begitu apakah Tuhan yang kusembah adalah Tuhanmu?
Pemuka adat itu tertawa sambil menghisap rokoknya lebih dalam lagi, "Anak muda, Tuhanku tidak ada urusan dengan mu, dan juga Tuhanmu, Tuhanku tidak menerima murid yang kebingungan dan putus asa. Bukankah Tuhanmu juga berkata demikian? Pulanglah, suatu saat nanti engkau akan kukenalkan dengan Tuhanku. Ketika kau sudah menjadi dirimu sendiri dan menyembah Tuhanmu dengan baik dan benar, maka mungkin kita bisa sambil mengenalkan Tuhan kita."
Mendengar itu pemuda itu pun semakin mantap dan melangkah pulang..
I am Home. House of God, Church.
Komentar
Posting Komentar
Leave comment please